BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udang merupakan komoditi indrustri yang sangat menjanjikan
khusunya di bidang ekspor perikanan, selain itu nilai protein yang dikandung
dalam udang juga sangat tinggi.
Umumnya udang yang terdapat di pasaran
sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri
dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat
pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae,
sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang
laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang penaeid oleh
para ahli. Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang
bermutu tinggi.
Bagi Indonesia Khususnya Aceh udang
merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia terhadap udang
rata-rata naik 11,5% per tahun. Selain itu udang juga merupakan komoditi
unggulan yang dibudidayakan untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat khusunya masyarakat di kawan pesisir pantai
Leupung yang mayoritas pendapat penduduknya dari melaut.
Kawasan budidaya udang di kawasan
leupung ini telah sebelum Tsunami Menerjang Aceh pada Desember tahun 2004 silam, Namu sampai saat
ini Tamabk budidaya udang di kawasan tersebut masih berjalan walaupun tambak
yang di fungsikan tidak sebanyak sebelum terjadinya bencana.
B.
Rumusan Masalah
berdasarkan latar belakang diatas mkan dapat ditarik suatu
rumusan masalah yakni :
1.
Bagaimana proses
pemijahan dari benur, sampai pembibitan udang ?
2.
Bagaimana teknik
budidaya udang di kawasan Leupung Aceh Besar ?
3.
Persyaratan lokasi
tambak yang baik untuk budidaya ?
4.
Hama dan Penyakit apa
saja yang menyerang pada budidaya udang ?
5.
Bagaimana cara
pengendalian hama danb penyakit yang menyerang udang di tambak budidaya ?
6.
Bagaimama analisis
ekonomi dan berapa biaya produksi dalam budidaya udang ?
7.
Manfaat apa saja yang
dapat diambil dari udang.
C.
Tujuan Penulisan
Observasi ini bertujuan mengetahui
bagaimana cara atau metoda serta panduan bagaiamana proses dari budidaya udang
windu ( Phenoulus Monodon ) di Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar.
D.
Manfaat Penulisan.
Laporan hasil observasi lapangan ini
kami rangkum guna memberi sedikit gambaran bagaimana teknik dan pedoman
budidaya udang, Khususnya budidaya udang windu di Kecamatan leupung Kab. Aceh
Besar serta memberikan pengetahuan kepada kawan-kawan bagaimana tatacara
pengelolaan suatu budidaya khsusnya di budidaya udang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH SINGKAT
Udang
merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5
ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang
disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar
terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air
tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air
tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli
sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut,
terutama dari keluarga Penaeidae, yang bias disebut udang penaeid oleh
para ahli. Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang
bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen udang yang
menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan.
B.
SENTRA
PERIKANAN
Daerah penyebaran
benih udang windu antara lain: Sulawesi Selatan (Jeneponto, Tamanroya, Nassara,
Suppa), Jawa Tengah (Sluke, Lasem), dan Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo,
Tuban, Bangkalan, dan Sumenep), Aceh, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur,
Palembang dan lain-lain.
C.
JENIS
Klasifikasi udang
adalah sebagai berikut:
Klas : Crustacea (binatang berkulit
keras)
Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat
tinggi)
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda (binatang berkaki
sepuluh)
Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk
berenang)
Famili : Palaemonidae, Penaeidae
D.
MANFAAT
1.
Udang merupakan bahan
makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah kolesterol,
karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan
adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral
yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per
100 gram bahan.
2.
Udang dapat diolah
dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi, krupuk, dll.
3.
Limbah pengolahan
udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala) dapat dimanfaatkan untuk
membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
4.
Limbah yang berupa
kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber kolesterol bagi
pakan udang budidaya.
5.
Limbah yang berupa
kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju udah dapat dimanfaatkan
dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan, dll.
6.
Chitosan yang terdapat
dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena tahan api dan
dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut
dalam air.
E.
PERSYARATAN
LOKASI
1)
Lokasi yang cocok
untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang pantai (beberapa meter dari
permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26-28 derajat C.
2)
Tanah yang ideal untuk
tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liat berpasir, karena dapat
menahan air. Tanah dengan tekstur ini mudah dipadatkan dan tidak pecah-pecah.
3)
Tekstur tanah dasar
terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir, dengan kandungan pasir
tidak lebih dari 20%. Tanah tidak boleh porous (ngrokos).
4)
Jenis perairan yang
dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawar tergantung jenis udang
yang dipelihara. Daerah yang paling cocok untuk pertambakan adalah daerah
pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2-3 meter. Parameter fisik:
suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0- 35 permil dan
optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm (diukur dengan secchi disk)
5)
Parameter kimia:
pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1 mg/liter; H2S< 0,1
mg/liter; Nitrat (NO3-)=200 mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter; Mercuri
(Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0- 0,02
mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01 mg/liter;
Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen (Ar)=0-1 mg/liter; Selenium (Se)=0-0,05
mg/liter; Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002 mg/liter; Flourida
(F)=0-1,5 mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter
F.
PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
a.
Penyiapan
Sarana dan Peralatan
Syarat konstruksi tambak:
1)
Tahan terhadap
damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak minimum pertambakan dari
pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meter dari bantara sungai.
2)
Lingkungan tambak
beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udang sehingga dapat tumbuh
normal sejak ditebarkan sampai dipanen.
3)
Tanggul harus padat
dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahan terhadap erosi air. Desain
tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari, sehingga menghemat
tenaga.
4)
Sesuai dengan daya
dukung lahan yang tersedia.
5)
Menjaga kebersihan dan
kesehatan hasil produksinya.
6)
Saluran pemasuk air
terpisah dengan pembuangan air. Teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga
sistem yang disesuaikan dengan letak, biaya, dan operasi pelaksanaannya, yaitu
tambak ekstensif, semi intensif, dan intensif.
1)
Tambak Ekstensif atau
Tradisional
a.
Dibangun di lahan
pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa bakau, atau rawa-rawa pasang surut
bersemak dan rerumputan.
b.
Bentuk dan ukuran
petakan tambak tidak teratur.
c.
Luasnya antara 3-10 ha
per petak.
d.
Setiap petak mempunyai
saluran keliling (caren) yang lebarnya 5-10 m di sepanjang keliling petakan
sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuat caren dari sudut ke sudut
(diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebih dalam dari bagian sekitarnya yang
disebut pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi sedalam 30-40 cm saja.
e.
Di tengah petakan
dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal untuk mengipur nener yang baru
datang selama 1 bulan.
f.
Selain itu ada
beberapa tipe tambak tradisional, misalnya tipe corong dan tipe taman yang
dikembangkan di Sidoarjo, Jawa Timur.
g.
Pada tambak ini tidak
ada pemupukan.
2)
Tambak Semi Intensif
a.
Bentuk petakan umumnya
empat persegi panjang dengan luas 1-3 ha/petakan.
b.
Tiap petakan mempunyai
pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran (outlet) yang
terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari
benih, dan pemanenan.
c.
Suatu caren diagonal
dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu (pipa) inlet ke arah pintu
(pipa) outlet. Dasar caren miring ke arah outlet untuk memudahkan
pengeringan air dan pengumpulan udang pada waktu panen.
d.
Kedalaman caren
selisih 30-50 cm dari pelataran.
e.
Kedalaman air di
pelataran hanya 40-50 cm.
f.
Ada juga petani tambak
yang membuat caren di sekeliling pelataran.
3)
Tambak Intensif
a.
Petakan berukuan
0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air dan pengawasannya lebih mudah.
b.
Kolam/petak
pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau dari tanah seperti biasa.
Atau dinding dari tembok, sedangkan dasar masih tanah.
c.
Biasanya berbentuk
bujur sangkar dengan pintu pembuangan di tengah dan pintu panen model monik di
pematang saluran buangan. Bentuk dan konstruksinya menyerupai tambak semi
intensif bujur sangkar.
d.
Lantai dasar
dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil. Tanggul biasanya dari
tembok, sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bak pencampur sebelum
masuk dalam tambak.
e.
Pipa pembuangan air
hujan atau kotoran yang terbawa angin, dipasang mati di sudut petak.
f.
Diberi aerasi untuk
menambah kadar O2 dalam air.
g.
Penggantian air yang
sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan pompa.
Adapun prasarana yang
diperlukan dalam budidaya udang tambak meliputi:
1)
Petakan Tambak
a.
Sebaiknya dibuat dalam
bentuk unit. Setiap satu unit tambak pengairannya berasal dari satu pintu besar,
yaitu pintu air utama atau laban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam
petakan: petak pendederan, petak glondongan (buyaran) dan petak pembesaran
dengan perbandingan luas 1:9:90.
b.
Selain itu, juga ada
petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang terdalam. Dari petak pembagi,
masing-masing petakan menerima bagian air untuk pengisiannya. Setiap petakan
harus mempunyai pintu air sendiri, yang dinamakan pintu petakan, pintu
sekunder, atau tokoan. Petakan yang berbentuk seperti saluran disebut juga saluran
pembagi air.
c.
Setiap petakan terdiri
dari caren dan pelataran.
2)
Pematang/Tanggul
a.
Ada dua macam
pematang, yaitu pematang utama dan pematang antara.
b.
Pematang utama
merupakan pematang keliling unit, yang melindungi unit yang bersangkutan dari
pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di atas permukaan air pasang tertinggi. Lebar
bagian atasnya sekitar 2 m. Sisi luar dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5.
Sedangkan untuk sisi pematang bagian dalam kemiringannya 1:1.
c.
Pematang antara
merupakan pematang yang membatasi petakan yang satu dengan yang lain dalam satu
unit.
d.
Ukurannya tergantung
keadaan setempat, misalnya: tinggi 1-2 m, lebar bagian atas 0,5-1,5.
Sisi-sisinya dibuat miring dengan kemiringan 1:1. Pematang dibuat dengan
menggali saluran keliling yang jaraknya dari pematang 1 m. Jarak tersebut biasa
disebut berm.
3)
Saluran dan Pintu Air
a.
Saluran air harus
cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat, lebarnya berkisar antara
3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkan sejajar dengan permukaan air surut
terrendah. Sepanjang tepiannya ditanami pohon bakau sebagai pelindung.
b.
Ada dua macam pintu
air, yaitu pintu air utama (laban) dan pintu air sekunder (tokoan/pintu air
petakan).
c.
Pintu air berfungsi
sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam tambak yang termasuk
dalam satu unit.
d.
Lebar mulut pintu
utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang disesuaikan dengan tinggi dan lebar
pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasar saluran keliling,serta sejajar
dengan dasar saluran pemasukan air.
e.
Bahan pembuatannya
antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu (kayu besi, kayu jati, kayu
kelapa, kayu siwalan, dll)
f.
Setiap pintu
dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan di antaranya diisi tanah yang
disebut lemahan.
g.
Pintu air dilengkapi
dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadap ke saluran air dan saringan
dalam yang menghadap ke petakan tambak.
Saringan terbuat dari
kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi plastik atau ijuk.
4)
Pelindung:
a.
Sebagai bahan
pelindung pada pemeliharaan udang di tambak, dapat dipasang rumpon yang terbuat
dari ranting kayu atau dari daun-daun kelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang
pematang juga dapat digunakan sebagai pelindung.
b.
b. Rumpon dipasang
dengan jarak 6-15 m di tambak. Rumpon berfungsi juga untuk mencegah hanyutnya
kelekap atau lumut, sehingga menumpuk pada salah satu sudut karena tiupan
angin.
5)
Pemasangan kincir:
a.
Kincir biasanya
dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena udang sudah cukup kuat
terhadap pengadukan air.
b.
b. Kincir dipasang 3-4
unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan pemutaran kincir itu mencapai
75-90%.
b.
Pembibitan
1)
Menyiapkan Benih
(Benur)
Benur/benih
udang bisa didapat dari tempat pembenihan (Hatchery) atau dari alam. Di alam
terdapat dua macam golongan benih udang (benur) menurut ukurannya, yaitu :
a.
Benih yang masih
halus, yang disebut post larva. Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat
pelagis, yaitu berenang dekat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang
9-15 mm. Cucuk kepala lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S dengan bentuk
keseluruhan seperti jet. Ekornya membentang seperti kipas.
b.
Benih yang sudah besar
atau benih kasar yang disebut juvenil. Biasanya telah memasuki muara sungai
atau terusan. Hidupnya bersifat benthis, yaitu suka berdiam dekat dasar
perairan atau kadang menempel pada benda yang terendam air. Sungutnya
berbelang-belang selangseling coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan.
Badannya berwarna biru kehijauan atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki
renang berbelang-belang kuning biru.
Cara Penangkapan
Benur:
a.
Benih yang halus
ditangkap dengan menggunakan alat belabar dan seser.
-
Belabar adalah
rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan daun pisang kering, rumput-rumputan,
merang, atau pun bahan-bahan lainnya.
-
Kegiatan penangkapan
dilakukan apabila air pasang.
-
Belabar dipasang tegak
lurus pantai, dikaitkan pada dua buah patok, sehingga terayun-ayun di permukaan
air pasang.
-
Atau hanya diikatkan
pada patok di salah satu ujungnya, sedang ujung yang lain ditarik oleh si
penyeser sambil dilingkarkan mendekati ujung yang terikat. Setelah lingkaran
cukup kecil, penyeseran dilakukan di sekitar belabar.
b.
Benih kasar ditangkapi
dengan alat seser pula dengan cara langsung diseser atau dengan alat bantu
rumpon-rumpon yang dibuat dari ranting pohon yang ditancapkan ke dasar
perairan. Penyeseran dilakukan di sekitar rumpon.
Pembenihan
secara alami dilakukan dengan cara mengalirkan air laut ke dalam tambak.
Biasanya dilakukan oleh petambak tradisional. Benih udang/benur yang didapat
dari pembibitan haruslah benur yang bermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur
yang bermutu baik yang didapat dari tempat pembibitan adalah:
a.
Umur dan ukuran benur
harus seragam.
b.
Bila dikejutkan benur
sehat akan melentik.
c.
Benur berwarna tidak
pucat.
d.
Badan benur tidak
bengkok dan tidak cacat.
2)
Perlakuan dan
Perawatan Benih
a.
Cara pemeliharaan
dengan sistem kolam terpisah
Pemeliharaan
larva yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitu kolam diatomae,
kolam induk, dan kolam larva dipisahkan.
-
Kolam Diatomae Diatomae
untuk makanan larva udang yang merupakan hasil pemupukan adalah spesies Chaetoceros,
Skeletonema dan Tetraselmis di dalam kolam volume 1000-2000
liter. Spesies diatomae yang agak besar diberikan kepada larva periode mysis,
walaupun lebih menyukai zooplankton.
-
Kolam Induk Kolam yang
berukuran 500 liter ini berisi induk udang yang mengandung telur yang diperoleh
dari laut/nelayan. Telur biasanya keluar pada malam hari. Telur yang sudah
dibuahi dan sudah menetas menjadi nauplius, dipindahkan.
-
Kolam Larva Kolam
larva berukuran 2.000-80.000 liter. Artemia/zooplankton diambil dari kolam
diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan post larva (PL5-PL6). Artemia
kering dan udang kering diberikan kepada larva periode zoa sampai (PL6). Larva
periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran dengan kepadatan 32-1000 ekor/m2,
yang setiap kalidiberi makan artemia atau makanan buatan, kemudian PL20-PL30
benur dapat dijual atau ditebar ke dalam tambak.
b.
Cara
Pengipukan/pendederan benur di petak pengipukan.
-
Petak pendederan benur
merupakan sebagian dari petak pembesaran udang (± 10% dari luas petak
pembesaran) yang terletak di salah satu sudutnya dengan kedalaman 30-50 cm,
suhu 26-31derajat C dan kadar garam 5-25 permil.
-
Petak terbuat dari
daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang masih lemah terlindung dari terik
matahari atau hujan.
-
Benih yang baru
datang, diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalam bak plastik atau bak kayu
yang diisi air yang kadar garam dan suhunya hampir sama dengan keadaan selama
pengangkutan. Kemudian secara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan
diganti dengan air dari petak pendederan.
-
Kepadatan pada petak
Ini 1000-3000 ekor. Pakan yang diberikan berupa campuran telur ayam rebus dan
daging udang atau ikan yang dihaluskan.
-
Pakan tambahan berupa
pellet udang yang dihaluskan. Pemberian pelet dilakukan sebanyak 10-20 % kali
jumlah berat benih udang per hari dan diberikan pada sore hari. Berat benih
halus ± 0,003 gram dan berat benih kasar ± 0,5-0,8 g.
-
Pellet dapat terbuat
dari tepung rebon 40%, dedak halus 20 %, bungkil kelapa 20 %, dan tepung kanji
20%.
-
Pakan yang diperlukan:
secangkir pakan untuk petak pengipukan /pendederan seluas 100 m2 atau untuk
100.000 ekor benur dan diberikan 3-4 kali sehari.
c.
Cara Pengipukan di
dalam Hapa
-
Hapa adalah kotak yang
dibuat dari jaring nilon dengan mata jaring 3-5 mm agar benur tidak dapat
lolos.
-
Hapa dipasang terendam
dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam petak-petak tambak yang pergantian
airnya mudah dilakukan, dengan cara mengikatnya pada tiang-tiang yang ditancamkan
di dasar petak tambak itu. Beberapa buah hapa dapat dipasang berderet-deret
pada suatu petak tambak.
-
Ukuran hapa dapat
disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4- 6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi
0,5-1 m.
-
Kepadatan benur di
dalam hapa 500-1000 ekor/m2.
-
Pakan benur dapat
berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan tambak di sekitarnya. Dapat juga
diberi pakan buatan berupa pellet udang yang dihancurkan dulu menjadi serbuk.
-
Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4
minggu, sampai panjangnya 3-5 cm dengan persentase hidup 70-90%.
-
Jaring sebagai dinding
hapa harus dibersihkan seminggu sekali.
-
Hapa sangat berguna
bagi petani tambak, yaitu untuk tempat aklitimasi benur, atau sewaktu-waktu
dipergunakan menampung ikan atau udang yang dikehendaki agar tetap hidup.
d.
Cara pengangkutan:
Pengangkutan
menggunakan kantong plastik:
-
Kantong plastik yang
berukuran panjang 40 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,008 mm, diisi air 1/3 bagian
dan diisi benih 1000 ekor.
-
Kantong plastik diberi
zat asam sampai menggelembung dan diikat dengan tali.
-
Kantong plastik
tersebut dimasukkan dalam kotak kardus yang diberi styrofore foam sebagai
penahan panas dan kantong plastik kecil yang berisi pecahan-pecahan es kecil
yang jumlahnya 10% dari berat airnya.
-
Benih dapat diangkut
pada suhu 27-30 derajat C selama 10 jam perjalanan dengan angka kematian
10-20%.
Pengangkutan
dengan menggunakan jerigen plastik:
-
Jerigen yang digunakan
yang berukuran 20 liter.
-
Jerigen diisi air
setengah bagiannya dan sebagian lagi diisi zat asam bertekanan lebih.
-
Jumlah benih yang
dapat diangkut antara 500-700 ekor/liter. Selama 6- 8 jam perjalanan, angka
kematiannya sekitar 6%.
-
Dalam perjalanan
jerigen harus ditidurkan, agar permukaannya menjadi luas, sehingga benurnya
tidak bertumpuk.
-
Untuk menurunkan
suhunya bisa menggunakan es batu.
e.
Waktu Penebaran Benur
Sebaiknya
benur ditebar di tambak pada waktu yang teduh.
c.
Pemeliharaan
Pembesaran
1)
Pemupukan
Pemupukan
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu:
kelekap, lumut,
plankton, dan bentos. Cara pemupukan:
a.
Untuk pertumbuhan
kelekap
-
Tanah yang sudah rata
dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasar sebanyak 500 kg/ha.
-
Kemudian ditaburi
pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll), atau pupuk kompos sebanyak
1000 kg/ha.
-
Tambak diairi sampai
5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap sampai kering.
-
Setelah itu tambak
diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk kandang atau pupuk kompos
sebanyak 1000 kg/ha.
-
Pada saat itu
ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/ha dan TSP (Triple Super
Phosphate) 75 kg/ha.
-
Sesudah 5 hari
kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan lagi secara
berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di atas pelataran. Dan benih udang
dapat dilepaskan.
-
Selama pemeliharaan,
diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kali sebulan dengan menggunakan urea
10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.
b.
Untuk pertumbuhan
lumut
-
Tanah yang telah
dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya, kemudian ditanami bibit lumut yang
ditancapkan ke dalam lumpur.
-
Air dimasukkan hingga
setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea 14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
-
Air ditinggikan sampai
40 cm setelah satu minggu.
-
Mulai minggu kedua,
setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan TSP, masing-masing 10 takaran
sebelumnya.
-
Lumut yang kurang
pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang dipupuk akan berwarna hijau
rumput yang segar. Lumut yang terlalu lebat akan berbahaya bagi udang, oleh
karena itu lumut hanya digunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan
ikan yang lain.
c.
Untuk pertumbuhan
Diatomae
-
Jumlah pupuk nitrogen
(N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki perbandingan sekitar 30:1. Apabila
perbandingannya mendekati 1:1, yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
-
Sebagai sumber N,
pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripada pupuk yang mengandung amonium,
karena dapat terlarut lebih lama dalam air.
-
Contoh pupuk:
·
Urea-CO(NH2)2:
prosentase N=46,6.
·
Amonium
sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
·
Amonium
chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
·
Amonium nitrat-NH4NO3:
prosentase N=37
·
Kalsium
nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
·
Double superphosphate-Ca(H2PO4):
prosentase P=26
·
Triple
superphosphate-P2O5: prosentase P=39
-
Pemupukan diulangi
sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap 7-10 hari sekali.
-
Pemupukan pertama,
digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabila
-
luas tambak 1 ha dan
tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150 kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
-
Pertumbuhan plankton
diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukup bila pada kedalaman 30 cm, secci
disc sudah kelihatan.
-
Takaran pupuk
dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman 25 cm. Sedangkan
apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman 35 cm, maka takaran pupuk
perlu ditambah.
2)
Pemberian Pakan
Makanan untuk tiap
periode kehidupan udang berbeda-beda. Makanan udang yang dapat digunakan dalam
budidaya terdiri dari:
a.
Makanan alami:
-
Burayak tingkat
nauplius, makanan dari cadangan isi kantong telurnya. - Burayak tingkat zoea,
makanannya plankton nabati, yaitu Diatomaeae (Skeletonema, Navicula,
Amphora, dll) dan Dinoflagellata (Tetraselmis, dll).
-
Burayak tingkat mysis,
makanannya plankton hewani, Protozoa, Rotifera, (Branchionus), anak
tritip (Balanus), anak kutu air (Copepoda), dll.
-
Burayak tingkat post
larva (PL), dan udang muda (juvenil), selain makanan di atas juga makan
Diatomaee dan Cyanophyceae yang tumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram,
anak tritip, anak udanngudangan (Crustacea) lainnya, cacing annelida dan juga
detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membususk).
-
Udang dewasa,
makanannya daging binatang lunak atau Mollusca (kerang, tiram, siput), cacing
Annelida, yaitut cacing Pollychaeta, udang-udangan, anak serangga (Chironomus),
dll.
-
Dalam usaha budidaya,
udang dapat makan makanan alami yang tumbuh di tambak, yaitu kelekap, lumut,
plankton, dan bentos.
b.
Makanan Tambahan
Makanan tambahan
biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3 bulan. Makanan tambahan
tersebut dapat berupa:
-
Dedak halus dicampur
cincangan ikan rucah.
-
Dedak halus dicampur
cincangan ikan rucah, ketam, siput, dan udangudangan.
-
Kulit kerbau atau sisa
pemotongan ternak yang lain. Kulit kerbau dipotong-potong 2,5 cm2, kemudian
ditusuk sate.
-
Sisa-sisa pemotongan
katak.
-
Bekicot yang telah
dipecahkan kulitnya.
-
Makanan anak ayam.
-
Daging kerang dan
remis.
-
Trisipan dari tambak
yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.
c.
Makanan Buatan (Pelet):
-
Tepung kepala udang
atau tepung ikan 20 %.
-
Dedak halus 40 %.
-
Tepung bungkil kelapa
20 %.
-
Tepung kanji 19 %.
-
Pfizer premix A atau
Azuamix 1 %.
Cara pembuatan:
-
Tepung kanji
diencerkan dengan air secukupnya, lalu dipanaskan sampai mengental.
-
Bahan-bahan yang
dicampurkan dengan kanji diaduk-aduk dan diremas-remas sampai merata.
-
Setelah merata,
dibentuk bulat-bulat dan digiling dengan alat penggiling daging. Hasil gilingan
dijemur sampai kering, kemudian diremas-remas sampai patah-patah sepanjang
rata-rata 1-2 cm. T
Takaran Ransum Udang
dan Cara Pemberian Pakan:
a.
Udang diberi pakan 4-6
x sehari sedikit demi sedikit.
b.
Jumlah pakan yang
diberikan kepada benur 15-20% dari berat tubuhnya per hari.
c.
Jumlah pakan udang
dewasa sekitar 5-10% berat tubuhnya/ hari.
d.
Pemberian pakan
dilakukan pada sore hari lebih baik.
3)
Pemeliharaan
Kolam/Tambak
a.
Penggantian Air.
Pembuangan air sebaiknya melalui bagian bawah, karena bagian ini yang
kondisinya paling buruk. Tapi apabila air tambak tertutup air hujan yang tawar,
pembuangannya melalui lapisan atas, sedangkan pemasukannya melalui bagian
bawah.
b.
Pengadukan secara
mekanis (belum biasa dilakukan). Dengan pengadukan, air dapat memperoleh
tambahan zat asam, atau tercampurnya air asin dan air tawar. Pengadukan dapat
menggunakan mesin pengaduk, mesin perahu tempel, atau kincir angin.
c.
Penambahan bahan kimia
(belum biasa dilakukan). Kekurangan zat asam, dapat ditambah dengan Kalium
Permanganat (PK/KMnO4). Takaran 5-10 ppm (5-10 gram/1 ton air), masih belum
mampu membunuh udang. Kapur bakar sebanyak 200 kg/ha dapat juga untuk mengatasi
O2.
d.
Penambahan volume air.
Bila suhu air tinggi, penambahan jumlah volume air dapat dikurangi. Perlu
diberi pelindung.
e.
Menghentikan pemupukan
dan pemberian pakan. Pemupukan dan pemberian pakan dihentikan apabila udang
nampak menderita dan tambak dalam kondisi buruk.
f.
Singkirkan ikan dan
ganggang yang mati dengan menggunakan alat penyerok.
g.
Penambahan pemberian
pakan. Udang diberi tambahan pakan apabila menunjukkan gejala kekurangan makan,
sampai pertumbuhan makanan alami normal kembali.
Perbaikan teknis yang
diperlukan:
a.
Perbaikan saluran
irigasi tambak untuk memungkinkan petakan-petakan tambak memperoleh air yang
cukup kualitas dan dan kuantitasnya, selama masa pemeliharaan.
b.
Pompanisasi, bagi
tambak-tambak di daerah yang perbedaan pasang surutnya rendah (kurang dari 1
m), yang setiap waktu diperlukan pergantian air ke dalam atau keluar tambak.
c.
Perbaikan konstruksi
tambak, yang meliputi konstruksi tanggul, pintu air saringan masuk ke dalam
tambak agar tambak tidak mudah bocor, dan tanggul tidak longsor. d. Perbaikan
manajemen budidaya yang meliputi: cara pemupukan, padat penebaran yang optimal,
pemberian pakan, cara pengelolaan air dan cara pemantauan terhadap pertumbuhan
dan kesehatan udang.
G.
HAMA DAN
PENYAKIT
Hama
1)
Lumut
Lumut
yang pertumbuhannya berlebihan.
Pengendalian: Dapat dengan memelihara bandeng yang berukuran 8 12 cm
sebanyak 200 ekor/ha.
2)
Bangsa ketam
Membuat lubang di pematang, sehingga
dapat mengakibatkan bocoran-bocoran.
3)
Udang tanah (Thalassina
anomala),
Membuat lubang di pematang.
4)
Hewan-hewan penggerek
kayu pintu air
Merusak pematang, merusak tanah dasar,
dan merusak pintu air seperti remis penggerek (Teredo navalis), dan
lain-lain.
5)
Tritip (Balanus sp.)
dan tiram (Crassostrea sp.)
Menempel pada bangunan-bangunan pintu
air.
Pengendalian hama
bangsa ketam, udang tanah, hewan-hewan penggerek kayu pintu air sama dengan
pengendalian lumut. Golongan pemangsa (predator), dapat memangsa udang secara
langsung, termasuk golongan buas, antara lain:
1) Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis),
kerong-kerong (Tehrapon tehraps), kakap (Lates calcarifer),
keting (Macrones micracanthus), kuro (Polynemus sp.), dan
lain-lain.
2)
Ketam-ketaman, antara
lain adalah kepiting (Scylla serrata).
3) Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa),
cangak (Ardea Bcinera rectirostris), pecuk cagakan (Phalacrocorax
carbo sinensis), pecuk ulo (Anhinga rufa melanogaster), dan
lain-lain.
4) Bangsa ular, seperti ular air atau ular kadut (Cerberus
rhynchops, Fordonia leucobalia, dan Chersidrus granulatus). 5)
Wingsang, wregul, sero, atau otter (Amblonyx cinerea dan Lutrogale perspicillata).
Golongan penyaing
(kompetitor) adalah hewan yang menyaingi udang dalam hidupnya, baik mengenai
pangan maupun papan.
1) Bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata),
congcong (Telescopium telescopium).
2) Ikan liar, seperti
mujair (Tilapia mosambica), belanak (Mugil spp), rekrek (Ambassis
gymnocephalus), pernet (Aplocheilus javanicus), dan lain-lain.
2) Ketam-ketaman, seperti Saesarma sp. dan Uca sp.
3)
Udang, yaitu udang
kecil-kecil terutama jenis Cardina denticulata, dan lain-lain.
4)
Pengendalian:
1)
Ikan-ikan buas dapat
diberantas dengan bungkil biji teh yang mengandung racun saponin.
a.
Bungkil biji teh
adalah ampas yang dihasilkan dari biji teh yang diperas minyaknya dan banyak
diproduksi di Cina.
b.
Kadar saponin dalam
tiap bungkil biji teh tidak sama, tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil
biji teh per Ha tambak sudah cukup efektif mematikan ikan liar/buas tanpa
mematikan udang yang dipelihara.
c.
Daya racun saponin
terhadap ikan 50 kali lebih besar daripada terhadap udang.
d.
Daya racun saponin
akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari di dalam air. Setelah diracun dengan
bungkil biji teh, air tambak tidak perlu dibuang, sebab residu bungkil itu
dapat menambah kesuburan tambaknya.
e.
Daya racun saponin
berkurang apabila digunakan pada air dengan kadar garam rendah. Tambak dengan
kedalaman 1 meter dan kadar garam air tambak > 15 permil, bungkil biji teh
yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja, sedangkan kalau lebih rendah harus 200
kg/Ha. Untuk penghematan air tambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga
bungkil yang diberikan hanya 1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak
dinaikkan lagi, sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
f.
Penggunaan bungkil ini
akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00.
g.
Sebelum digunakan
bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam dalam air selama
beberapa jam atau semalam. Setelah itu air tersebut dipercik-percikan ke
seluruh tambak. Sementara menabur bungkil, kincir dalam tambak diputar agar
saponin teraduk merata. 2) Rotenon dari akar deris (tuba).
a.
Akar deris dari alam
mengandung 5-8 %o rotenon. Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung
rotenon.Zat ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang
mematikan udang tidak jauh berbeda.
b.
Dalam air berkadar
garam rendah, daya racunnya lebih baik/lebih kuat daripada yang berkadar garam
tinggi.
c.
Sebelum digunakan,
akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndam dalam dalam air selama 24
jam. Setelah itu akar ditumbuk sampai lumat, dimasukkan ke dalam air sambil
diremas-remas sampai air berwarna putih susu.
d.
Dosis yang diperlukan
adalah 4-6 kg/Ha tambak, apabila kedalaman air 8 cm. Daya racun rotenon sudah
hilang setelah 4 hari.
2)
Ikan liar, ikan buas,
dan siput dapat juga diberantas dengan nikotin pada takaran 12-15 kg/Ha atau
sisa-sisa tembakau dengan takaran antara 200- 400 kg/Ha.
a.
Sisa-sisa tembakau
ditebarkan di tambak sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi lagi
setinggi ± 10 cm.
b.
Setelah ditebarkan,
dibiarkan selama 2-3 hari, agar racun nikotinnya dapat membunuh hama. Sementara
itu airnya dibiarkan sampai habis menguap selama 7 hari.
c.
Setelah itu tambak
diairi lagi tanpa dicuci dulu, sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan
dapat berfungsi sebagai pupuk.
3)
Brestan-60 dapat
digunakan untuk memberantas hama, terutama trisipan.
a.
Brestan-60 adalah
semacam bahan kimia yang berupa bubuk berwarna krem dan hampir tidak berbau.
Bahan aktifnya adalah trifenil asetat stanan sebanyak 60%.
b.
Takaran yang
dibutuhkan adalah 1 kg/Ha, apabila kedalaman air 16-20 cm dan kadar garamnya
28-40%. Makin dalam airnya dan makin rendah kadar garamnya, takaran yang
dibutuhkan makin banyak.
c.
Daya racunnya lebih
baik pada waktu terik matahari.
d.
d. Cara penggunaan:
-
Air dalam petakan
disurutkan sampai ± 10 cm. Pintu air dan tempat yang bocor ditutup.
-
Bubuk Brestan-60 yang
telah ditakar dilarutkan dalam air secukupnya, kemudian dipercik-percikkan ke
permukaan air.
-
Air dibiarkan
menggenang selama 4-10 hari, agar siputnya mati semua.
-
Setelah itu tambak
dicuci 2-3 kali, dengan memasukkan dan mengeluarkan air pada waktu pasang dan
surut.
4)
Sevin dicampur dengan
cincangan daging ikan, kemudian dibentuk bulatan, dapat digunakan sebagai umpan
untuk meracuni kepiting. Karbid (Kalsium karbida) dimasukkan ke dalam lubang
kepiting, disiram air dan kemudian. Gas asetilen yang timbul akan membunuh
kepiting. Abu sekam yang dimasukkan ke dalam lubang kepiting, akan melekat pada
insang dan dapat mematikan.
5)
Usaha untuk mengusir
burung adalah dengan memasang pancang-pancang bambu atau kayu di petakan
tambakan.
6)
Cara memberantas udang
renik (wereng tambak): menggunakan Sumithion dengan dosis 0,002 mg/liter pada
hari pertama dan ditambah 0,003 mg/liter pada hari kedua. Kadar yang dapat
mematikan udang adalah 0,008 mg/liter. Selalu memeriksa lokasi baik siang
maupun malam.
Penyakit asal virus.
1)
Monodon Baculo
Virus (MBV)
Keberadanya tidak perlu dikhawatirkan,
karena tidak berpengaruh terhadap kehidupan udang. Penyebab: kondisi
stres saat pemindahan post larva ke kolam pembesaran.
2)
Infectious
Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
Gejala:
(1)
udang berenang tidak
normal, yaitu sangat perlahan-lahan, muncul ke permukaan dan mengambang dengan
perut di ata;
(2)
bila alat geraknya
(pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelam di bawah kolam;
(3)
udang akan mati dalam
waktu 4-12 jam sejak mulai timbulnya gejala tersebut. Udang penderita banyak
yang mati pada saat moulting;
(4)
pada kondisi yang
akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan dan tubuhnya berwarna putih keruh;
(5)
permukaan tubuhnya
akan ditumbuhi oleh diatomae, bakteri atau parasit jamur;
(6)
pada kulit luar
terlihat nekrosis pada kutikula, syaraf, antena, dan pada mukosa usus depan dan
tengah.
Pengendalian: perbaikan kualitas air.
3)
Hepatopancreatic
Parvo-like Virus
Gejala:
terutama menyerang
hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaan hepatopankreasnya secara mikroskopik
terlihat degenerasi dan adanya inklusion bodies dalam se-sel organ tersebut.
Pengendalian: perbaikan kualitas air.
4)
Cytoplamic
Reo-like Virus
Gejala:
(1)
udang berkumpul di
tepi kolam dan berenang di permukaan air;
(2)
kematian udang di
mulai pada hari 7-9 setelah penebaran benih (stocking) di kolam post larva umur
18 hari. Pengendalian: belum diketahui secara pasti, yang penting adalah
perbaikan kualitas air.
5)
Ricketsiae
Gejala:
(1)
udang berenang di
pinggir kolam dalam keadaan lemah;
(2)
udang berwarna lebih
gelap, tak ada nafsu makan, pada beberapa udang terlihat benjolan-benjolan
kecil keputih-putihan pada dinding usus bagian tengah (mid gut);
(3)
adanya koloni
riketsia, peradangan dan pembengkakan jaringan ikat;
(4)
kematian udang mulai
terjadi pada minggu ke-7 atau 9 setelah penebaran benih (post larva hari
ke-15-25). Angka kematian naik pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai terjadi
kematian, kemudian menurun sampai tak ada kematian. Tiga hari kemudian kematian
timbul lagi, begitu seterusnya sampai udang dipanen.
Pengendalian:
menggunakan antibiotic
(oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur makanan dapat mengurangi
angka kematian, tetapi bila konsentrasi antibiotik menurun, kematian akan
timbul lagi.
Penyakit asal Bakteri
1) Bakteri nekrosis
Penyebab: (1) bakteri dari genus Vibrio; (2) merupakan infeksi
sekunder dari infeksi pertama yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau
lainnya.
Gejala: (1) muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di
beberapa tempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa
alat tambahan lainnya; (2) usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.
Pengendalian: Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, miaslnya furanace
1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) Pengeringan,
pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, serta menjaga kebersihan
alat-alat yang digunakan; (3) pemeliharaan kualias air dan sanitasi yang baik.
2) Bakteri Septikemia
Penyebab: (1) Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas
sp., dan Pseudomonas sp.; (2) merupakan infeksi sekunder dari
infeksi pertama yang disebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena
stres yang berat.
Gejala: (1) menyerang larva dan post larva; (2) terdapat sel-sel
bakteri yang aktif dalam haemolymph (sistem darah udang). Pengendalian:
(1) pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin
60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) pemeliharaan kualias air dan sanitasi
yang baik.
Penyakit asal Parasit
Dapat menyebabkan
penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaan terhadap infeksi virus/bakteri
dan beberapa parasit dapat menyebabkan kemandulan (Bopyrid).
1) Parasit cacing
Cacing Cestoda, yaitu
- Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini terdapat dalam jaringan ikat
di sepanjang syaraf bagian ventral.
- Parachristianella
monomegacantha, berparasit dalam
jaringan intertubuler hepatopankreas.
Cacing Trematoda: Opecoeloides
sp., yang ditemukan pada dinding proventriculus dan usus. Cacing Nematoda: Contracaecum
sp., menyerang hepatopankreas udang yang hidup secara alamiah. 2) Parasit
Isopoda Dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit ini menempel
di daerah branchial insang (persambung antara insang dengan tubuh udang),
sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada udang.
Penyakit asal Jamur
Menyerang
udang periode larva dan post larva yang dapat mati dalam waktu 24 jam. Penyebab:
(1) Jamur Phycomycetes yang termasuk genus Lagenedium dan Sirolpidium; (2)
penyebarannya terjadi pada waktu pemberian pakan.
Pengendalian: (1) pemberian malachite green (0,006-0,1 mg/l) atau
trifuralin (0,01 pp,) 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva
yang sehat; (2) jalan filtrasi air laut untuk pembenihan; (3) pencucian telur
udang berkali-kali dengan air laut yang bersih atau air laut yang diberi
malachite green atau trifuralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari
jamur.
PANEN
Udang yang siap panen
adalah udang yang telah berumur 4-5 bulan masa pemeliharaan. Dengan syarat mutu
yang baik, yaitu:
1)
ukurannya besar
2)
kulitnya keras, bersih,
licin, bersinar dan badan tidak cacat
3)
masih dalam keadaan
hidup dan segar.
Penangkapan
1)
Penangkapan sebagian
a.
Dengan menggunakan
Prayang, yang terbuat dari bambu, yang terdiri dari dua bagian, yaitu kere
sebagai pengarah dan perangkap berbentuk jantung sebagai tempat jebakan.
Prayang dipasang di tepi tambak, dengan kerenya melintang tegak lurus pematang
dan perangkapnya berada di ujung kere. Pemasangan prayang dilakukan malam hari
pada waktu ada pasang besar dan di atasnya diberi lampu untuk menarik perhatian
udang. Lubang prayang dibuat 4 cm, sehingga yang terperangkap hanya udang besar
saja. Pada lubang mulut dipasang tali nilon atau kawat yang melintang dengan
jarak masing-masing sekitar 4 cm.
b.
Dengan menggunakan
jala lempar. Penangkapan dilakukan malam Air tambak dikurangi sebagian untuk memudahkan
penangkapan. Penangkapan dilakukan dengan masuk ke dalam tambak. Penangkapan dengan
jala dapat dilakukan apabila ukuran udang dalam tambak tersebut seragam.
c.
Dengan menggunakan
tangan kosong. Dilakukan pada siang hari, karena udang biasanya berdiam diri di
dalam lumpur.
2)
Penangkapan total
a.
Penangkapan total
dapat dilakukan dengan mengeringkan tambak. Pengeringan tambak dapat dilakukan
dengan pompa air atau apabila tidak ada harus memperhatikan pasang surut air
laut. Malam/dini hari menjelang penangkapan, air dikeluarkan dari petak tambak
perlahanlahan waktu air surut. Pada tambak semi intensif, air disurutkan sampai
caren, sehingga kedalaman air 10-20 cm.
b.
Dengan menggunakan
seser besar yang mulutnya direndam di lumpur dasar tambak/caren, lalu didorong
sambil mengangkatnya jika diperkirakan sudah banyak udang yang masuk dalam
seser. Dan cara tersebut dilakukan berulang-ulang.
c.
Dengan menggunakan
jala, biasanya dilakukan banyak orang.
d.
Dengan menggunakan kerei
atau jaring yang lebarnya sesuai dengan lebar caren. Lumpur dasar tempat udang
bersembunyi didorong beramai-ramai oleh beberapa orang yang memegangi kerei
atau jaring itu, menuju ke depan pintu air. Di depan pintu air udang dicegat
dengan kerei lainnya. Udang terkumpul di
kubangan dekat pintu ai, sehingga dengan mudah ditangkap.
e.
Dengan memasang jaring
penadah yang cukup luas atau panjang di saluran pembuangan air. Pintu air
dibuka dan diatur agar air mengalir perlaha-lahan, sehingga udang tidak banyak
tertinggal bersembunyi dalam lumpur. Udang akan keluar bersama air dan tertadah
dalam jarring yang terpasang dan dengan mudah ditangkapi dengan seser.
f.
Dengan menggunakan
jaring (trawl) listrik. Jaring ini berbentuk dua buah kerucut. Badan kantung mempunyai
bukaan persegi panjang. Mulut kantung yang di bawah di pasang pemberat agar
dapat tenggelam di lumpur. Bagian atas mulut jaring diberi pelampung agar
mengambang di permukaan air. Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat
yang dapat dialiri listrik berkekuatan 3-12 volt. Listrik yang mengaliri kawat
di dasar mulut jaring akan mengejutkan udang yang terkena, lalu udang akan
meloncat dan masuk ke dalam jaring.
Pembersihan
Udang yang telah ditangkap dikumpulkan dan
dibersihkan sampai bersih. Kemudian udang ditimbang dan dipilih menurut
kualitas ukuran yang sama dan tidak cacat.
PASCAPANEN
Beberapa hal yang
penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen:
1)
Alat-alat yang
digunakan harus bersih.
2)
Penanganan harus
cepat, cermat, dan hati-hati.
3)
Hindarkan terkena
sinar matahari langsung.
4)
Cucilah udang dari
kotoran dan lumpur dengan air bersih.
5)
Masukkan ke dalam
keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan air bersih.
6)
Selalu menggunakan es
batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.
7)
Selain didinginkan,
dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk mengawetkan udang pada
temperatur kamar dan untuk membunuh bakteri pembusuk (Salmonella, Vibrio,
Staphylococcus).
8)
Kelompokan menurut
jenis dan ukurannya.
H.
ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA
Analisis Usaha
Budidaya
Perkiraan analisis
usaha pembesaran Udang windu di Desa Tungkai Bhok Kecamatan Leupung Kabupaten
Aceh Besar. Selama 2 musim (1 tahun) pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a.
Lahan
-
Sewa lahan 2 tahun Rp.
3.200.000,-
-
Pengolahan lahan Rp.
125.000,-
Bibit
-
Benur 60.000 ekor Rp.
16,- Rp.
960.000,-
b.
Pakan
-
UG 801 86,40 kg @ Rp
2.600,- Rp. 224.460,-
-
UG 802 590,40 kg@ Rp.
2.400,- Rp. 1.416.960,-
-
UG 803 1.882,57 kg Rp.
2.300,- Rp. 4.329.900,-
c.
Obat-obatan dan pupuk
-
BCK 4 liter @ Rp.
12.500,- Rp
50.000,-
-
Sanponin 40 kg @ Rp
1500,- Rp.
60.000,-
-
Urea 10 kg @ Rp 2000,-
Rp.
20.000,-
-
KCL 10 kg @ Rp 2.500,-
RP. 25.000,-
-
Pupuk kandang 20 kg @
Rp 500,- Rp. 10.000,-
-
Kapur 100 kg @ Rp.
1000,- Rp. 100.000,-
d.
Alat
-
Timbangan 1 Unit @ Rp.
100.000,- Rp. 100.000,-
-
pH Pen 1 Unit @ Rp.
50.000,- Rp.
50.000,-
-
Jala/Jaring 2 Unit @
Rp. 25000,- Rp.
50.000,-
-
Cangkul 3 Unit @ Rp.
6.000,- Rp.
18.000,-
-
Skoop 1 Unit @ Rp.
6.000,- Rp.
6.000,-
-
Serok 3 Unit @ Rp.
4.500,- Rp.
13.500,-
-
Plastik 20 meter @ Rp.
2.000,- Rp. 40.000,-
-
Saringan 10 meter @
Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
-
Ember Plastik 3 unit @
Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
-
Keranjang 5 unit @ Rp.
5.500,- Rp. 16.500,-
e.
Tenaga kerja
-
Tenaga Tetap 12 MM @
Rp 250.000,- Rp. 1.500.000,-
-
Tenaga Tak Tetap 10 OH
@ Rp 8.000,00 Rp. 80.000,-
f.
Lain-lain
-
Rekening Listrik 6
bulan @ Rp 15.000,- Rp. 90.000,-
-
Transportasi Rp.
20.000,-
g.
Biaya tak terduga 10% Rp.
1.254.532,-
Jumlah
biaya produksi Rp 12.545.320,-
2) Pendapatan 2 musim/th:1912,3 kg @ Rp
19.000,- Rp.34.463.700,-
3)
Keuntungan per tahun/2
musim Rp.21.918.380
4)
Keuntungan per musim
(6 bulan) Rp.
4.686.530,-
5)
Parameter kelayakan
a.
B/C ratio per musim
1,37
b.
Atas dasar Unit :BEP =
FC/P-V 206,4 kg
c.
Atas dasar Sales : BEP
= FC/1-(VC/R) Rp
3.688.540,-
Gambaran Peluang
Agribisnis
Sampai saat ini udang
merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik, baik untuk
komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Udang
merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5
ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang
disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar
terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air
tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air
tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli
sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut,
terutama dari keluarga Penaeidae, yang bias disebut udang penaeid oleh
para ahli. Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang
bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen udang yang
menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan. Khusunya di Aceh
budidaya udang sudah terbilang lama dan sudah merambah ke pasar domestic maupun
pasar manca Negara.
B.
Saran
Sampai
saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik,
baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.
DAFTAR
PUSTAKA
Brahmono. 1994. Limbah Udang Untuk Pembuatan Tepung.
Dalam Kumpulan
Kliping Udang II. Trubus.
Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus . Kanisius.
Yogyakarta.
Hanadi, S. 1992. Pengolahan Udang Beku. Karya Anda.
Surabaya.
Heruwati, E.S. dan
Rahayu, S. 1994. Penanganan dan
Pengelolaan Pasca Panen
Udang unutuk Meningkatkan Mutu dan Mendapatkan Nilai Tambah. Dalam
Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
Mudjiman, A. 1987. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
__________ . 1988. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya.
Jakarta.
__________ . 1994. Udang yang Bikin Sehat. Dalam Kumpulan
Kliping Udang
II. Trubus.
Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur.
Kanisius.
Yogyakarta.
0 Responses to " "
Posting Komentar